Selasa, 24 Mei 2011

Maju Terus Pak Dahlan!

Ah, baru beberapa menit berlalu setelah saya membaca sebuah thread di salah satu forum dunia maya tentang dirut PLN, Dahlan Iskan, “catatan perjalanan dinas ke Iran”.

Satu hal, sungguh beruntung teman-teman saya yang saat ini berada di PLN. Awalnya saya agak mencibir mereka karena PLN terkenal dengan momok korupsinya, namun saat ini jujur saya merasa agak iri. Menurut saya yang masih muda dan minim pengalaman ini, jarang ada perusahaan milik negara yang dipimpin oleh orang seberani dan selurus itu, walaupun argument ini tidak didasari dengan pengetahuan saya yang cukup luas mengenai badan usaha negara lainnya.

Ah, saya mulai berkaca pada diri saya sendiri. Tiga tahun bekerja, saya hanya melihat pekerjaan dari kecocokan latar belakang, kenyamanan, dan tentu saja standar gaji. Namun, ada satu yang selalu tak pernah terpenuhi, ideologi saya.

Saya mengambil jalur swasta karena saya benar-benar ingin menghindari praktik korupsi yang lekat dengan badan usaha milik negara. Ingin menghindari dilema saat harus memilih mengikuti arus atau berdiri teguh. Namun sekarang saya sadar, itu semua merupakan sebuah proses, yang mungkin dimanapun harus kita hadapi. Jujur, di perusahaan swasta pun saya sendiri korupsi, korupsi waktu kerja dengan browsing internet, dll (hanya saja saya beruntung karena belum ada undang-undang korupsi waktu).

Kembali ke Pak Dahlan. Seperti beliau, pemimpin yang baik harus selalu bisa melihat gambaran sebuah lembaga yang dipimpinnya jauh ke depan, yang mungkin bisa disebut visi. Untuk mencapai visi tersebut dibutuhkan pengorbanan yang memang sangat besar. Salah satunya adalah menjadi public enemy dengan kebijakan-kebijakan yang tidak populer (jika dilihat dalam timeframe yang sempit). Tidak semua orang bisa melihat ke arah yang kita lihat, karena pandangan meraka tertutup oleh kabut tebal yang kita sebut kenyataan.  Namun, jika kita berhasil membawa mereka berjalan melewati kabut tersebut untuk berdiri pada posisi yang sma dengan kita, maka selanjutnya pergerakan mereka akan seirama dengan kita menuju satu visi yang sama.

Saya menjadi sedikit tersadar bahwa selama ini saya selalu berfikir negatif, sehingga hasilnya energy yang keluar dari diri saya juga menjadi negatif. Contoh pikiran negatif saya yang muncul saat ini adalah “wajar saja pola piker saya negatif, karena pemberitaan media tanah air ini selalu negatif, pemberitaan negatif lah yang laris dijual”. Seharusnya pikiran positif saya “mungkin saya kurang membaca hal-hal positif, baik buku-buku positif, artikel-artikel positif, seperti catatan perjalanan dinas Pak Dahlan tersebut”. Waktu browsing internet saya gunakan untuk melihat hal-hal yang tidak penting.

Terimakasih Pak Dahlan dan teruslah berjuang, mudah-mudahan suatu saat kami semua bisa melihat ke arah yang sama seperti bapak.

Teruntuk kawan-kawanku yang bekerja di PLN, tetaplah teguh kawan. Ingat, tak ada kesuksesan instan yang datang terlalu cepat jika kita melalui jalan yang benar. Namun, jalan yang benar memiliki kemungkinan terbesar berakhir di arah yang benar, meskipun jauh lebih terjal.

Jakarta, 25 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar